INFLASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
kita masi ingat tahun 2008 merupakan tahun penuh
tantangan,Kenaikan harga BBM telah memicu kenaikan harga-harga barang komoditi.
Bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah, inflasi seperti ini adalah penyebab kenaikan harga barang
secara umum. Dengan
pendapatan yang pas-pasan, kenaikan harga membuat uang mereka tidak lagi
bernilai. Misalnya sebelum BBM naik, dengan uang Rp. 1.000,- dapat membeli 2
buah pisang
goreng, namun setelah kenaikan BBM, uang seribu rupiah itu menjadi tidak
berarti lagi. Fenomena moneter ini bisa menjadi ancaman bagi perekonomian suatu
negara jika pemerintah sebagai pemegang otoritas moneter tidak mengendalikannya
secara tepat. Walaupun inflasi tidak dapat dicegah oleh pemerintah namun
pemerintah berkewajiban meredam percepatan laju inflasi. Tulisan ini berusaha
mengungkap bagaimana inflasi itu terjadi dan bagaimana ekonomi Islam menyikapi
fenomena moneter ini.
B.RUMUSAN MASALAH
1.
apa pengertian inflasi?
2.
apa saja penyebab terjadinya
inflasi?
3.
ada berapa jenis-jenis
inflasi?
4.
apa saja dampak dari
terjadinya inflasi?
5.
bagaimana cara untuk
mencegah/menanggulangi inflasi?
C.TUJUAN PENULISAN
1.
untuk memahami apa itu inflasi
dan dampak buruk yang bisa ditimbulkan
2.
agar kami mengetahui apa saja
penyebab terjaadinya inflasi
3.
agar mampu menemukan solusi /
upaya-upaya lebih untuk bertahan menghadapi inflasi, bila mana suatu saat kita
menghadapinya dimasa yang akan datang.minimal untuk kepentingan kami pribadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INFLASI
Inflasi
dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit
penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Campbell R. McConnell dan
Stanley L. Brue mengemukakan inflasi adalah a rise in the general level of
prices , Berarti inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dari barang/
komoditas dan jasa selama periode waktu tertentu. Kenaikan harga tersebut
dimaksudkan bukan terjadi sesaat, misalnya harga barang-barang naik menjelang
lebaran atau hari libur lainnya. Karena ketika lebaran usai harga barang
kembali ke konsidi semula maka harga seperti itu tidak dianggap sebagai
inflasi. Inflasi juga berkaitan dengan kenaikan harga secara umum, artinya
kenaikan harga satu jenis barang maupun jasa juga tidak termasuk termasuk
inflasi , misalnya pada musim lebaran harga tiket pesawat naik. Taqyuddin Ahmad
ibn al-Maqrizi (1364-1441) menyatakan seperti yang dikutip Euis Amalia dalam
bukunya Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,
bahwa inflasi terjadi ketika harga-harga secara umum mengalami kenaikan yang
berlangsung secara terus menerus. Pada saat itu persediaan barang dan jasa
mengalami kelangkaan, sementara konsumen harus mengeluarkan lebih banyak uang
untuk sejumlah barang dan jasa yang sama.
B. Penyebab
Terjadinya Inflasi
Moris Elih
mengemukakan seperti yang dikutip Ahmad Hasan dalam bukunya al-Auraq
al-Naqdiyah fi al-Iqtishad al-Islamy Qimatuha wa Ahkamuha, problem terbesar
yang dihadapi oleh perekonomian yang tidak terselesaikan sampai sekarang adalah
pergolakan perekonomian dan perubahan-perubahan nilai harga mata uang. Dalam
sejarah moneter, awal munculnya inflasi adalah mulai diberlakukannya dan
beredarnya mata uang dinar dan dirham campuran (tidak murni) serta fulus
sebagai mata uang pokok. Kemudian dimasa sekarang fenomena inflasi semakin
bertambah dengan diterapkannya mata uang kertas. Sebetulnya hal ini telah
diperingatkan oleh ulama seperti Imam Syafi’i yang melarang pemerintah mencetak
dirham yang tidak murni karena akan merusak nilai mata uang, menyebabkan
naiknya harga dan hal itu merugikan orang banyak serta menimbulkan
kerusakan-kerusakan. Ibnu Taimiyah (1263-1328) pada masa Daulah Bani Mamluk
juga telah memperingatkan keadaan ini, ia menyatakan bahwa uang yang
berkualitas buruk akan menyingkarkan mata uang berkualitas baik dari peredaran.
Apabila fulus dibiarkan beredar sebagai alat tukar maka niscaya dinar dan
dirham akan menghilang dari peredaran.
Inflasi bisa terjadi disebabkan oleh factor-faktor non meneter seperti bencana alam, banjir yang mengakibatkan terjadinya penurunan produksi bahan kebutuhan pokok mapun rusaknya infrastruktur jalan dan sebagainya sehinga berakibat pada terhambatnya distribusi bahan kebutuhan ke beberapa daerah. Inflasi juga bisa disebabkan oleh factor non moneter lainnya seperti lambannya respon pemerintah mengantisipasi terjadinya inflasi. Seperti yang dikemukakan Ryan Kiryanto, ekonom senior BNI pada Diskusi yang bertajuk “Peranan Bank Sentral dalam Kebijakan Stabilitas Moneter” di Jakarta tanggal 13 Maret 2007, proses politik Indonesia yang rumit, lambatnya keputusan impor beras karena belum disetujui DPR, mendorong terjadinya inflasi bulan Januari 2007 yang tercata sebesar 1,77% yang diakibatkan oleh kenaikan harga beras.
Secara umum penyebab terjadinya inflasi menurut ekonomi Islam seperti yang dikemukakan al-Maqrizi adalah:
1. Natural inflation yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, manusia tidak punya kuasa untuk mencegahnya. Inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif (AS↓) atau naiknya permintaan agregatif (AD↑). Ketika bencana alam terjadi berbagai bahan makanan, dan hasil bumi lainnya mengalami gagal panen, sehingga persediaan barang-barang kebutuhan tersebut mengalami penurunan dan terjadi kelangkaan. Di pihak lain, karena barang-barang itu sangat signifikan dalam kehidupan, permintaan terhadap berbagai barang mengalami peningkatan. Harga-harga melambung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. Akibatnya kegiatan ekonomi mengalami kemacetan bahkan berhenti sama sekali yang pada akhirnya menimbulkan bencana kelaparan, wabah penyakit, kematian. Keadaan ini memaksa rakyat untuk menekan pemerintah agar memperhatikan mereka. Untuk menanggulangi bencana ini, pemerintah mengelurakan dana besar yang mengakibatkan perbendaharaan negara menjadi berkurang secara drastic atau deficit anggaran.
Jika memakai persaman MV = PQ
Di mana ;
M = jumlah uang beredar
V= kecepatan peredaran uang
P= tingkat harga
Q = jumlah barang dan jasa
Maka natural inflasi dapat diartikan sebagai: Pertama, Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (Q). Jika jumlah barang dan jasa yang diproduksi menurun (Q↓) sedangkan jumlah uang beredar (M) dan kecepatan peredaran uang (V) tetap maka konsekwensinya tingkat harga naik(P↑). Kedua, Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar dari nilai import, sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan jumlah uang beredar menurun (M↓), jika kecepatan peredaran uang (V) dan jumlah barang dan jasa(T) tetap maka terjadi kenaikan harga (P↑).
Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua yaitu: pertama, Uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekxpor meningkat (X↑) sedangkan impor menurun (M↓) sehingga net export nilainya sangat besar yang mengakibatkan naiknya permintaan agregatif (AD↑). Keadaan ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab, pada masa itu ekportir yang menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri (impor) lebih sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive net export). Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan yang berupa kelebihan uang yang akan dibawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat meningkat (AD↑). Naiknya permintaan agregat (AD↑) akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk mengatasi keadaan ini Umar melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut, akibatnya terjadi penurunan permintaan agregatif (AD↓), dan tingkat harga kembali normal. Kedua, Turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang ataupun embargo ekonomi. Masa paceklik ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Kahatab yang mengakibatkan kelangkaan gandum yang berdampak pada naiknya tingkat harga-harga (P↑)
Inflasi bisa terjadi disebabkan oleh factor-faktor non meneter seperti bencana alam, banjir yang mengakibatkan terjadinya penurunan produksi bahan kebutuhan pokok mapun rusaknya infrastruktur jalan dan sebagainya sehinga berakibat pada terhambatnya distribusi bahan kebutuhan ke beberapa daerah. Inflasi juga bisa disebabkan oleh factor non moneter lainnya seperti lambannya respon pemerintah mengantisipasi terjadinya inflasi. Seperti yang dikemukakan Ryan Kiryanto, ekonom senior BNI pada Diskusi yang bertajuk “Peranan Bank Sentral dalam Kebijakan Stabilitas Moneter” di Jakarta tanggal 13 Maret 2007, proses politik Indonesia yang rumit, lambatnya keputusan impor beras karena belum disetujui DPR, mendorong terjadinya inflasi bulan Januari 2007 yang tercata sebesar 1,77% yang diakibatkan oleh kenaikan harga beras.
Secara umum penyebab terjadinya inflasi menurut ekonomi Islam seperti yang dikemukakan al-Maqrizi adalah:
1. Natural inflation yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, manusia tidak punya kuasa untuk mencegahnya. Inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif (AS↓) atau naiknya permintaan agregatif (AD↑). Ketika bencana alam terjadi berbagai bahan makanan, dan hasil bumi lainnya mengalami gagal panen, sehingga persediaan barang-barang kebutuhan tersebut mengalami penurunan dan terjadi kelangkaan. Di pihak lain, karena barang-barang itu sangat signifikan dalam kehidupan, permintaan terhadap berbagai barang mengalami peningkatan. Harga-harga melambung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. Akibatnya kegiatan ekonomi mengalami kemacetan bahkan berhenti sama sekali yang pada akhirnya menimbulkan bencana kelaparan, wabah penyakit, kematian. Keadaan ini memaksa rakyat untuk menekan pemerintah agar memperhatikan mereka. Untuk menanggulangi bencana ini, pemerintah mengelurakan dana besar yang mengakibatkan perbendaharaan negara menjadi berkurang secara drastic atau deficit anggaran.
Jika memakai persaman MV = PQ
Di mana ;
M = jumlah uang beredar
V= kecepatan peredaran uang
P= tingkat harga
Q = jumlah barang dan jasa
Maka natural inflasi dapat diartikan sebagai: Pertama, Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (Q). Jika jumlah barang dan jasa yang diproduksi menurun (Q↓) sedangkan jumlah uang beredar (M) dan kecepatan peredaran uang (V) tetap maka konsekwensinya tingkat harga naik(P↑). Kedua, Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar dari nilai import, sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan jumlah uang beredar menurun (M↓), jika kecepatan peredaran uang (V) dan jumlah barang dan jasa(T) tetap maka terjadi kenaikan harga (P↑).
Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua yaitu: pertama, Uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekxpor meningkat (X↑) sedangkan impor menurun (M↓) sehingga net export nilainya sangat besar yang mengakibatkan naiknya permintaan agregatif (AD↑). Keadaan ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab, pada masa itu ekportir yang menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri (impor) lebih sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive net export). Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan yang berupa kelebihan uang yang akan dibawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat meningkat (AD↑). Naiknya permintaan agregat (AD↑) akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk mengatasi keadaan ini Umar melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut, akibatnya terjadi penurunan permintaan agregatif (AD↓), dan tingkat harga kembali normal. Kedua, Turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang ataupun embargo ekonomi. Masa paceklik ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Kahatab yang mengakibatkan kelangkaan gandum yang berdampak pada naiknya tingkat harga-harga (P↑)
2. Human error inflation yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia.
Inflasi yang disebabkan oleh human error inflation terjadi karena:
a. Corruption and bad administration (korupsi dan buruknya administrasi)
Pengangkatan para pejabat yang berdasarkan suap, nepotisme, dan bukan karena kapabilitas akan menempatkan orang-orang pada berbagai jabatan penting dan terhormat yang tidak mempunyai kredibilitas. Mereka yang mempunyai mental seperti ini, rela menggadaikan seluruh harta milik untuk meraih jabatan, kondisi ini juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa, para pejabat tersebut akan menyalahgunakan kekuasaannya untuk meraih kepentingan pribadi, baik untuk menutupi kebutuhan finasial pribadi atau keluarga atau demi kemewahan hidup. Akibatnya akan terjadi penurunan drastis terhadap penerimaan dan pendapatan Negara.
Korupsi akan mengganggu tingkat harga, karena para produsen akan menaikkan harga jual barangnya untuk menutupi biaya-biaya siluman yang telah mereka keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman dalam biaya produksi (cost of goods sold) akan menaikkan total biaya produksi. ATC dan MC menjadi ATC2 dan MC2. Sehingga harga jual menjadi naik dari P menjadi P2. Hal ini menjadi tidak mereflleksikan nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses produksi. Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada sehingga lebih lanjut mengakibatkan sekonomi biaya tinggi (high cost economy) pada akhirnya akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang tentu akan merugikan masyarakat secara keseluruhan.
Keadaan seperti inilah yang sebetulnya membuat perkonomian Indoensia semakin terpuruk. Virus Korupsi dan buruknya administrasi ini mewabah mulai dari pejabat tinggi sebagai pemegang otoritas tertinggi sampai ke tingkat lurah/desa. Di mana-mana setiap berurusan dengan administrasi dan birokrasi selalu ada uang siluman. Keadaan inipun sampai ketingkat pedagang kecil, uang takut/keamanan yang dipungut preman jelas merugikan masyarakat.
a. Corruption and bad administration (korupsi dan buruknya administrasi)
Pengangkatan para pejabat yang berdasarkan suap, nepotisme, dan bukan karena kapabilitas akan menempatkan orang-orang pada berbagai jabatan penting dan terhormat yang tidak mempunyai kredibilitas. Mereka yang mempunyai mental seperti ini, rela menggadaikan seluruh harta milik untuk meraih jabatan, kondisi ini juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa, para pejabat tersebut akan menyalahgunakan kekuasaannya untuk meraih kepentingan pribadi, baik untuk menutupi kebutuhan finasial pribadi atau keluarga atau demi kemewahan hidup. Akibatnya akan terjadi penurunan drastis terhadap penerimaan dan pendapatan Negara.
Korupsi akan mengganggu tingkat harga, karena para produsen akan menaikkan harga jual barangnya untuk menutupi biaya-biaya siluman yang telah mereka keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman dalam biaya produksi (cost of goods sold) akan menaikkan total biaya produksi. ATC dan MC menjadi ATC2 dan MC2. Sehingga harga jual menjadi naik dari P menjadi P2. Hal ini menjadi tidak mereflleksikan nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses produksi. Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada sehingga lebih lanjut mengakibatkan sekonomi biaya tinggi (high cost economy) pada akhirnya akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang tentu akan merugikan masyarakat secara keseluruhan.
Keadaan seperti inilah yang sebetulnya membuat perkonomian Indoensia semakin terpuruk. Virus Korupsi dan buruknya administrasi ini mewabah mulai dari pejabat tinggi sebagai pemegang otoritas tertinggi sampai ke tingkat lurah/desa. Di mana-mana setiap berurusan dengan administrasi dan birokrasi selalu ada uang siluman. Keadaan inipun sampai ketingkat pedagang kecil, uang takut/keamanan yang dipungut preman jelas merugikan masyarakat.
b. Excessive tax (pajak yang tinggi)
Akibat dari banyaknya pejabat pemerintahan yang bermental korup, pengeluaran negara mengalami peningkatan yang sangat drastis, sebagai kompensasi mereka menerapkan system perpajakan tinggi dan menerapakan berbagai jenis pajak. Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian hampir sama dengan dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan buruknya administrasi yakni efisensi loss atau dead weigh loss. Konsekwensinya biaya-biaya produksi meningkat, dan akan berimplikasi pada kenaikan harga barang produksi.
Akibat dari banyaknya pejabat pemerintahan yang bermental korup, pengeluaran negara mengalami peningkatan yang sangat drastis, sebagai kompensasi mereka menerapkan system perpajakan tinggi dan menerapakan berbagai jenis pajak. Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian hampir sama dengan dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan buruknya administrasi yakni efisensi loss atau dead weigh loss. Konsekwensinya biaya-biaya produksi meningkat, dan akan berimplikasi pada kenaikan harga barang produksi.
c. Excessive sieignore (percetakan uang berlebihan)
Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan ekonomi, maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang negara, pemerintah melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran. Menurut al-Maqrizi seperti yang dikutip Adiwarman Azwar Karim, percetakan uang yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑), menurunnya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak lagi bernilai. Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang fulus, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar ), harga-harga komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertaransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal yang kecil.
Di Negara-negara industry pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut: pertama, Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa. Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan mendorong para konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya para pengusaha akan menahan barangnya dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi. Kedua kecenderungan ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga. Kedua, Pekerja-pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah. Apabila para pengusaha menghadapi kesukaran dalam mencari tambahan tenaga kerja untuk meningkatkan produksinya, pekerja-pekerja yang ada akan terdorong untuk meminta kenaikan upah. Apabila kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga-harga barang mereka. Di dalam perekonomian yang sudah maju, masalah inflasi sangat erat kaitannya dengan tingkat penggunaan tenaga kerja.
Di samping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari 1) Kenaikan harga barang impor, 2) Penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh penambahan produksi dan penawaran barang, 3) Kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggungjawab. Selain karena peningkatan uang beredar, peningkatan permintaan juga disebabkan oleh expected inflation. Bila masyarakat meyakini bahwa inflasi di tahun ini akan tinggi, masyarakat cenderung membelanjakan uangnya saat ini untuk membeli dan menyimpan barang, terutama barang-barang yang bisa melindungi kekayaan dari inflasi misalnya emas dan property. Akibatnya, inflasi jadi melambung.
Inflasi juga bisa terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuannya. Keterbatasan kekayaan yang dimiliki menyebabkan masyarakat menggunakan kartu kredit untuk melakukan belanja. Penggunaan kartu kredit untuk konsumsi merupakan upaya belanja dengan menggunakan kekayaan yang diharapkan akan diterima di masa datang. Hal ini menyebabkan bertambahnya uang yang beredar yang melebihi pendapatan yang bersangkutan yang mendorong terjadinya inflasi.
Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan ekonomi, maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang negara, pemerintah melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran. Menurut al-Maqrizi seperti yang dikutip Adiwarman Azwar Karim, percetakan uang yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑), menurunnya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak lagi bernilai. Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang fulus, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar ), harga-harga komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertaransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal yang kecil.
Di Negara-negara industry pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut: pertama, Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa. Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan mendorong para konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya para pengusaha akan menahan barangnya dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi. Kedua kecenderungan ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga. Kedua, Pekerja-pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah. Apabila para pengusaha menghadapi kesukaran dalam mencari tambahan tenaga kerja untuk meningkatkan produksinya, pekerja-pekerja yang ada akan terdorong untuk meminta kenaikan upah. Apabila kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga-harga barang mereka. Di dalam perekonomian yang sudah maju, masalah inflasi sangat erat kaitannya dengan tingkat penggunaan tenaga kerja.
Di samping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari 1) Kenaikan harga barang impor, 2) Penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh penambahan produksi dan penawaran barang, 3) Kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggungjawab. Selain karena peningkatan uang beredar, peningkatan permintaan juga disebabkan oleh expected inflation. Bila masyarakat meyakini bahwa inflasi di tahun ini akan tinggi, masyarakat cenderung membelanjakan uangnya saat ini untuk membeli dan menyimpan barang, terutama barang-barang yang bisa melindungi kekayaan dari inflasi misalnya emas dan property. Akibatnya, inflasi jadi melambung.
Inflasi juga bisa terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuannya. Keterbatasan kekayaan yang dimiliki menyebabkan masyarakat menggunakan kartu kredit untuk melakukan belanja. Penggunaan kartu kredit untuk konsumsi merupakan upaya belanja dengan menggunakan kekayaan yang diharapkan akan diterima di masa datang. Hal ini menyebabkan bertambahnya uang yang beredar yang melebihi pendapatan yang bersangkutan yang mendorong terjadinya inflasi.
C. JENIS-JENIS INFLASI
Inflasi dalam ilmu ekonomi konvensional dapat digolongkan dengan beberapa cara:
1. Inflasi dapat digolongkan menurut besarnya, yaitu a) Inflasi ringan atau low inflation, yang disebut juga dengan inflasi satu dijit (single digit inflation) yaitu inflasi di bawah 10 % per tahun. Inflasi ini masih dianggap normal. Dalam rentang inflasi ini orang masih percaya pada uang dan masih mau memegang uang. b) Inflasi sedang atau galloping inflation atau double digit bahkan triple digit inflation yakni inflasi antara 20 % sampai 200 % pertahun. Inflasi seperti ini terjadi karena pemerintah lemah, perang, revolusi dan kejadian lain yang menyebabkan barang tidak tersedia sementara uang berlimpah, sehingga orang tidak percaya pada uang. Pada saat seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentu asset-aset rill. Orang akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak akan mau memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang tinggi. c) Hyperinflation yaitu inflasi di atas 200% per tahun. Dalam keadaan seperti ini, orang tidak percaya pada uang. Lebih baik membelanjakan uang dan menyimpan dalam bentuk barang seperti emas, tanah, bangunan, karena barang-barang jenis ini kenaikan harganya setara dengan inflasi. Inflasi yang sangat berbahaya ini muncul sebagai akibat dari ; pertama, Munculnya kehancuran social dan runtuhnya aktivitas perekonomian, kedua, Ketidakmampuan pemerintah untuk mengamankan situasi serta kehilangan kekuasaan terhadap rakyat, ketiga, Terjadinya perang yang menghancurkan, seperti yang terjadi terhadap mata uang Irak setelah perekonomian negara tersebut dibeikot dan diserang Amarika dan sekutunya.
2. Berdasarkan sumber inflasi, inflasi terbagi kepada: a) Inflasi karena
tarikan permintaan (demand pull inflation) , yaitu Kenaikan harga-harga karena
tingginya permintaan, sementara barang-barang tidak tersedia sehinga harga
naik. b) Inflasi karena dorongan biaya (cost push inflation), yaitu inflasi
karena biaya atau harga factor produksi seperti upah buruh meningkat sehingga
produsen harus menaikkan harga supaya mendapatkan laba dan produksi bisa
berlangsung terus.
3. Berdasarkan asal inlasi, inflasi dapat dikategorikan kepada: a) Domestik
inflation yaitu inflasi yang bersumber dari dalam negeri. Misalnya permintaan
meningkat untuk barang tertentu, maka terjadi demand pull inflation yang
berasal dari dalam negeri. Atau terjadi kenaikan harga factor produksi yang
diimpor maka terjadi cost push inflation yang bersumber dari luar negeri atau
import cost push inflation. b) Foreign atau imported inflation, yaitu inflasi
yang bersumber dari luar negeri. Misalnya terjadi lonjakan permintaan ekspor
secara terus menerus, maka terjadi demand pull inflation yang berasal dari luar
negeri. Atau terjadi kenaikan harga factor produksi yang diimpor maka terjadi
cost push inflation yang bersumber dari luar negeri atau imported cosh push
inflation.
4. Berdasarkan harapan masyarakat, inflasi dapat dikategorikan menjadi dua
yaitu: a) Expected inflation yaitu besar inflasi yang diharapkan atau
diperkirakan akan terjadi. Misalnya bila inflasi dari tahun 2001 sampai tahun
2006 konstan 6 %, kemudian besarnya inflasi yang dihargetkan tahun 2007 6,5 %.
b) Unexpected inflation yaitu inflasi yang tidak diperkirakan akan terjadi.
Misalnya diperkirakan inflasi tahun 2007 sebesar 6,5 %, kemungkinan besar
inflasi tahun 2007 menyimpang dari 6,5 % menjadi 6,8%. Penyimpangan tersebut
merupakan unexpected inflation.
D.DAMPAK DARI TERJADINYA
INFLASI
mengandung implikasi bahwa uang tidak dapat
berfungsi sebagai satuan hitung yang adil dan benar. Inflasi berakibat buruk
pada perekonomian karena menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang. Hal itu
menyebabkan uang menjadi pembayaran tertunda yang tidak adil dan alat penyimpan
kekayaan yang tidak dapat dipercaya. Inflasi menyebabkan orang berlaku tidak
adil terhadap orang meskipun tidak disadarinya dengan memerosotnya daya beli
asset-aset moneter secara tidak diketahui.
Orang harus melepaskan diri dari uang dari asset keuangan sebagai akibat dari beban inflasi. Yang akhirnya juga menyebabkan terjadinya inflasi kembali (self feeding inflation). Hal itu merusak efisiensi system moneter. Inflasi melemahkan semangat menabung masyarakat (menurunnya marginal propensity to save) dan meningkatkan kecenderungan berbelanja terutama untuk kebutuhan non primer dan barang mewah. (naiknya marginal propensity to consume) Inflasi memperburuk iklim ketidakpastian dimana keputusan ekonomi di ambil, menimbulkan kekhawatiran pada formasi modal dan menyebabkan mis alokasi sumber-sumber daya. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif yaitu menumpukkan kekayaan (hording) seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti pertanian, industry, perdagangan dan lain sebagainya.
Inflasi adalah sebuah sindrom disekuilibrium (ketidak-seimbangan) dan tidak seirama dengan penekanan Islam pada keberimbangan dan ekuilibrium. Inflasi memiliki konsekwensi yang sama bagi Negara kaya atau miskin dalam merusak output dalam meruntuhkan efiensi dan investasi produktif dan menimbulkan ketidak-adilan dan ketegangan social.
Adapun dampak yang ditimbulkan inflasi adalah: 1) Redistribusi pendapatan dan kekayaan. Salah satunya adalah redistribusi dari kreditur ke debitur. 2) Distorsi harga, pada inflasi rendah membuat pembeli dan penjual menyadari inflasi tersebut dan bisa membedakan perbedaan inflasi antar barang yang saling substitusi (misalnya daging dengan telur), jadi bila harga daging lebih tinggi, orang beralih ke telur, namun pada inflasi tinggi, orang tidak memahami perbedaan laju inflasi karena harga semua barang naik. 3) Distorsi penggunaan uang. Setiap orang mengubah cara menggunakan uang. Karena inflasi berarti menurunkan nilai riil uang, orang cenderung menimalisasi jumlah uang yang dipegang. 4) Distrosi pajak. Semakin tinggi inflasi, semakin tinggi beban pajak secara rill.
Orang harus melepaskan diri dari uang dari asset keuangan sebagai akibat dari beban inflasi. Yang akhirnya juga menyebabkan terjadinya inflasi kembali (self feeding inflation). Hal itu merusak efisiensi system moneter. Inflasi melemahkan semangat menabung masyarakat (menurunnya marginal propensity to save) dan meningkatkan kecenderungan berbelanja terutama untuk kebutuhan non primer dan barang mewah. (naiknya marginal propensity to consume) Inflasi memperburuk iklim ketidakpastian dimana keputusan ekonomi di ambil, menimbulkan kekhawatiran pada formasi modal dan menyebabkan mis alokasi sumber-sumber daya. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif yaitu menumpukkan kekayaan (hording) seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti pertanian, industry, perdagangan dan lain sebagainya.
Inflasi adalah sebuah sindrom disekuilibrium (ketidak-seimbangan) dan tidak seirama dengan penekanan Islam pada keberimbangan dan ekuilibrium. Inflasi memiliki konsekwensi yang sama bagi Negara kaya atau miskin dalam merusak output dalam meruntuhkan efiensi dan investasi produktif dan menimbulkan ketidak-adilan dan ketegangan social.
Adapun dampak yang ditimbulkan inflasi adalah: 1) Redistribusi pendapatan dan kekayaan. Salah satunya adalah redistribusi dari kreditur ke debitur. 2) Distorsi harga, pada inflasi rendah membuat pembeli dan penjual menyadari inflasi tersebut dan bisa membedakan perbedaan inflasi antar barang yang saling substitusi (misalnya daging dengan telur), jadi bila harga daging lebih tinggi, orang beralih ke telur, namun pada inflasi tinggi, orang tidak memahami perbedaan laju inflasi karena harga semua barang naik. 3) Distorsi penggunaan uang. Setiap orang mengubah cara menggunakan uang. Karena inflasi berarti menurunkan nilai riil uang, orang cenderung menimalisasi jumlah uang yang dipegang. 4) Distrosi pajak. Semakin tinggi inflasi, semakin tinggi beban pajak secara rill.
E. SOLUSI
INFLASI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
Secara
teori, inflasi tidak dapat dihapus dan dihentikan, namun laju inflasi dapat
ditekan sedemikian rupa. Islam sebetulnya pula solusi menekan laju inflasi
seperti yang telah dikemukan oleh tokoh-tokoh ekonomi Islam klasik. Misalnya
al-Ghazali (1058-1111) menyatakan, pemerintah mempunyai kewajiban menciptakan
stabilitas nilai uang. Dalam ini al-Ghazali membolehkan penggunaan uang yang
bukan berasal dari logam mulia seperti dinar dan dirham, tetapi dengan syarat
pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai tukarnya dan pemerintah memastikan
tidak ada spekulasi dalam bentuk perdagangan uang.
Ibnu Taimiyah (1263-1328) juga mempunyai solusi terhadap inflasi ini. Ia sangat
menentang keras terhadap terjadinya penurunan nilai mata uang dan percetakan
uang yang berlebihan. Ia berpendapat pemerintah seharusnya mencetak uang harus
sesui dengan nilai yang adil atas transaksi masyarakat, tidak memunculkan
kezaliman terhadap mereka. Ini berarti Ibnu Taimiyah menekankan bahwa
percetakan uang harus seimbang dengan trasnsaksi pada sector riil. Uang
sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi
dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal yang kecil.
Di samping itu ia juga menyatakan bahwa nilai intrinsic mata uang harus sesuai dengan daya beli masyarakat. Penciptaan mata uang dengan nilai nominal yang lebih besar dari pada nilai intrinsiknya akan menyebabkan penurunan nilai mata uang serta akan memunculkan inflasi. Ini berarti akibat dari rendahnya nilai intrinsic uang menjadi salah satu terjadinya inflasi. Begitu juga pemalsuan mata uang dan perdagangan mata uang di nilai ibn Taimiyah sebagai bentuk kezaliman terhadap masyarakat dan bertentangan dengan kepentingan umum.
Husain Shahathah menawarkan beberpa solusi untuk mengatasi inflasi adalah; 1) Reformasi terhadap system moneter yang ada sekarang dan menghubungkan antara kuantitas uang dengan kuantitas produksi. 2) Mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan dan belanja yang tidak bermanfaat. 3) Larangan menyimpan (menimbun) harta dan mendorong untuk menginvestasikannya. 4) Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan kepada masyarakat secara materil dan moral. Menjaga pasokan barang kebutuhan pokok merupakan yang krusial untuk bias mengendalikan inflasi.
Dalam perekonomian sekarang Bank sentral mempunyai peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Selain itu bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar uang mata uang domestic. Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Di samping itu ia juga menyatakan bahwa nilai intrinsic mata uang harus sesuai dengan daya beli masyarakat. Penciptaan mata uang dengan nilai nominal yang lebih besar dari pada nilai intrinsiknya akan menyebabkan penurunan nilai mata uang serta akan memunculkan inflasi. Ini berarti akibat dari rendahnya nilai intrinsic uang menjadi salah satu terjadinya inflasi. Begitu juga pemalsuan mata uang dan perdagangan mata uang di nilai ibn Taimiyah sebagai bentuk kezaliman terhadap masyarakat dan bertentangan dengan kepentingan umum.
Husain Shahathah menawarkan beberpa solusi untuk mengatasi inflasi adalah; 1) Reformasi terhadap system moneter yang ada sekarang dan menghubungkan antara kuantitas uang dengan kuantitas produksi. 2) Mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan dan belanja yang tidak bermanfaat. 3) Larangan menyimpan (menimbun) harta dan mendorong untuk menginvestasikannya. 4) Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan kepada masyarakat secara materil dan moral. Menjaga pasokan barang kebutuhan pokok merupakan yang krusial untuk bias mengendalikan inflasi.
Dalam perekonomian sekarang Bank sentral mempunyai peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Selain itu bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar uang mata uang domestic. Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia termasuk Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dari barang/ komoditas dan jasa selama periode waktu tertentu. Pada initinya muncul sebagai akibat diberlakukannaya mata uang yang nilai intrinsiknya lebih rendah dari nilai nominalnya. Secara umum penyebab terjadinya inflasi adalah Natural inflation yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif dan naiknya permintaan agregatif. Dan Human error inflation yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia. Seperti korupsi dan buruknya administrasi, pajak yang tinggi, dan percetakan uang berlebihan. Untuk mengatasi inflasi maka pemerintah harus menjaga kestabilan nilai uang dengan melakukan kebijakan moneter berupa menjaga keseimbangan antara percetakan uang dengan trasnsaksi pada sector riil.
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dari barang/ komoditas dan jasa selama periode waktu tertentu. Pada initinya muncul sebagai akibat diberlakukannaya mata uang yang nilai intrinsiknya lebih rendah dari nilai nominalnya. Secara umum penyebab terjadinya inflasi adalah Natural inflation yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif dan naiknya permintaan agregatif. Dan Human error inflation yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia. Seperti korupsi dan buruknya administrasi, pajak yang tinggi, dan percetakan uang berlebihan. Untuk mengatasi inflasi maka pemerintah harus menjaga kestabilan nilai uang dengan melakukan kebijakan moneter berupa menjaga keseimbangan antara percetakan uang dengan trasnsaksi pada sector riil.
DAFTAR PUSTAKA
Karim adiwarman,ekonomi makro
islami,(jakarta: Raja Grafindo Persda, 2007)
Komentar
Posting Komentar